Jumat, 21 Februari 2014

Semoga Kita Tidak Merasa Di "Minoritas" kan

Saya percaya kalau setiap orang itu memiliki Skill dan Basic yang berbeda, sekalipun orang itu terlihat memiliki skill yang lebih memumpuni ketimbang saya, saya tetap percaya. Sebenarnya apa yang saya coba tuliskan sekarang sudah terpikirkan sejak pertengahan 2012 lalu, yang pada awalnya lebih membicarakan basic namun berakhir pada pembicaraan skill individu, bagi saya. Pada pertengahan 2012 lalu, tepatnya ketika saya akan masuk dalam dunia perkuliahan, saya di cecar pertanyaan yang sama oleh kisaran 3 orang teman saya, pertanyaan yang bagi saya semacam mempertanyakan skill saya masalah studi yang akan saya ambil, Sosiologi. 

"Sosiologi ? lo mau kerja jadi apa nanti nan abis lulus ? Setau gue Sosiologi juga ujung-ujungnya jadi dosen kan ?" 

Saya hanya berpikir, "wah enteng juga ya lo ngomong." sembari saya bicara, "emang lo tau masa depan gue? terus kenapa kalo profesi dosen ? apa dosen bukan profesi yang baik?"

Mungkin juga kalian yang mengambil mata kuliah "minoritas" di minati orang pernah mengalami hal seperti ini, tidak perlu munafik saya sendiri awal sebelum menjalani studi Sosiologi sakit hati teman saya memberikan statement seperti itu. Pelan-pelan saya seperti semacam orang yang mengais harta, sebenarnya sosiologi seperti apa yang akan saya pelajari nanti di kota Malang ? kebetulan saya memiliki guru les di suatu tempat bimbingan belajar di bilangan Kalimalang, Jakarta Timur, yang kebetulan ia adalah lulusan dari Sosiologi. Dan saya teringat ia pernah memberikan masukan yang masih saya ingat betul sampai sekarang yang pada intinya adalah tidak perlu cemas kalau jurusan yang saya ambil adalah "minoritas", tapi cemaslah ketika saya mengambil jurusan "mayoritas" yang bukan menjadi basic saya. 

Basic bagi saya lebih kepada kemampuan yang saya miliki, dan ketika saya yakin dengan kemampuan ya saya miliki di situlah letak skill yang saya miliki. Dulu saya sempat di buat oleh teman saya ragu dengan Sosiologi, saya sempat berpikir mau jadi apa saya dengan Sosiologi yang saya ambil menjadi bidang studi minat. Sosiologi bagi saya lebih kepada ilmu yang bersifat umum, jangkauannya luas mencakupi seluruh elemen masyarakat, kelompok masyarakat, suku dan budaya masyarakat. Saya berpikir ilmu ini adalah ilmu yang melihat secara langsung gejala sosial di masyarakat yang belum tentu orang umum peka terhadap hal semacam itu.

Lantas best point apa yang saya coba lontarkan disini ? 

Saya, pribadi sekarang tidak merasa menjadi orang yang minoritas dibandingkan orang-orang yang masuk dalam jurusan yang dominan di pilih. saya merasa sedikit idealis dengan berkata belum tentu orang yang masuk jurusan yang dominan di pilih sudah pasti basic individunya sesuai dengan jurusan yang mereka ambil, atau malah saya terkadang berpikir jurusan yang dominan di ambil oleh orang semacam menjadi faktor gengsi di dalam kelompok masyarakat, atau bisa saja karena tuntutan orang tua ?

Cobalah menjadi orang yang konsiten dengan pilihan, dan jangan menjadi orang yang setengah-setengah dalam memilih seperti kata teman saya. Dalam memilih bidang studi semacam ini cobalah menjadi orang yang yakin bahwa basic kita ada di dalam studi tersebut dan akan menjadi modal pembentukan skill kita mendatang. Kita bisa di cap orang lain "minoritas" setidaknya dengan cap itu pula kita bisa mencari lebih dalam untuk apa kita mempelajari bidang studi tersebut. 


Sabtu, 07 Desember 2013

Kata "lebih" sama saja dengan kata "kurang"

Selang beberapa jam yang lalu saya sedikit berbagi cerita dengan dua orang teman tentang masa lalu saya, masa lalu yang saat ini terdengar lucu tapi terasa manakutkan pada saat itu. Saya pernah menjadi seorang anak nakal, yang tentunya bukan nakal dalam tanda kutip, tapi cukup mengecewakan bagi banyak orang khususnya orang tua saya sendiri. Saya pernah mengalami masa-masa sulit transisi dari seorang anak SMP menjadi anak SMA yang baru mengenal kehidupan remaja yang sebenarnya pada saat itu namun celakanya saya menjadi anak yang out of control, saya menjadi anak yang sulit untuk di atur, angkuh, dan terutama tidak bisa mengontrol emosi. Tidak perlu berpanjang-panjang cerita, saya pernah mengalami dimana saya merasa tidak perlu untuk bersekolah, saya merasa teman-teman saya di sekolah itu berbeda dengan saya, sayapun pernah melawan tiga guru sekaligus dan menganggap mereka bukan guru di sekolah itu, pada saaf itupun saya merasa bangga dengan apa yang saya alami, saya merasa hebat, dan saya menjadi sesosok individu yang anti mainstream di sekolah itu. Saya berbeda, pada saat itu saja.

Apa yang saya rasakan pada saat itu nahasnya saya tidak memikirkan timbal balik yang sedang menunggu waktunya menghampiri saya, saya lupa diri bahwa kata "lebih" sama saja dengan kata "kurang", sama-sama tidak baiknya bila terus-menerus di lakukan, anti mainstream yang saya puja saat itupun akhirnya menghancurkan diri saya sendiri. Empat kali sudah saat itu membuat orang tua saya kecewa, sekali sudah saya di marjinalkan di sekolah tempat saya menempuh pendidikan, tidak berlebihan kalau saat ini saya mengatakan saya gagal saat itu. 

Pada dasarnya apa yang telah saya perbuat dahulu sudah menghancurkan sedikit diri pribadi saya, orang di sekitar sayapun ada yang mengatakan saya anak nakal, bukan dalam tanda kutip, dan pula ada yang mendukung untuk perubaha diri saya. Saat itu saya tidak terlalu berpikir apa yang sudah saya lakukan telah menghancurkan diri saya, saya hanya merasakan kesenangan. Tapi lagi-lagi yang dasarnya individu akan merasa tertekan sudah pasti akan tertekan juga. Pada akhirnya pun saya di hadapkan oleh pilihan, perlahan menjadi baik atau menambah lebih buruk lagi. Tidak perlu merubah cerita kehidupan saya, tapi  saya hanya perlu membuat cerita kehidupan saya sedikit menarik dengan merubah sifat saya yang memuja anti mainstream saat  itu.

Saya tidak akan menceritakan dengan jelas apa yang sebenarnya telah saya perbuat sampai mengatakan saya merasa gagal, mengapa saya bisa sampai di hancurkan, atau bagaimana bisa saya mengecewakan orang tua saya sampai empat kali. Saya hanya akan mengatakan, saya sudah pernah mengalaminya dan saya bertekad untuk berubah. Saya berubah. Ya, saya berubah secara perlahan-lahan dimana awalnya banyak orang mengatakan saya akan sulit untuk berubah. Saya tidak akan mengatakan bagaimana caranya untuk berubah, atau mengapa saya harus berubah. Saya hanya akan berkata untuk saat ini bahwa semuanya adalah fase, fase dimana kehidupan akan membawa setiap individu, namun saya menolak bila di katakan mengikuti arus, saya hanya sekedar menjalankan kehidupan, saya yang membuat cerita dan saya yang akan mengakhiri ceritanya. 




Rabu, 04 September 2013

back to the jungle

Baru pada bulan Mei yang lalu saya menulis bahwa saya rindu untuk pulang. Saya mengeluh untuk sesegara mungkin dapat pulang ke rumah dan bertemu keluarga saya di Jakarta sampai-sampai hari berikutnya dan seterusnya sampai waktu pulang tiba setelah saya menulis entri itu terasa sangat lama untuk di lalui. Pada akhirnya saya pulang ke Jakarta pada 27 Juni yang lalu kalau tidak salah.

Tidak terasa saya sudah pulang kisaran 2 bulan lebih, ada rasa ingin pulang ke malang ada pula keinginan untuk masih di Jakarta, saya masih rindu keluarga saya. Namun ya beginilah mahasiswa rantauan besok udah harus balik ke kota perjuangan masa depan saya di Jawa Timur

Pacar kakak saya berkata tidak lama ini:
kalo gue dulu waktu ngumpul keluarga kaya gini malah bikin gue tambah gamau pulang ke malang dulu nan.

Dengan pasrah dan mengeluh saya hanya berkata:
sialan, bener banget nih, liburnya kelamaan sih ini jadi bikin males pulang.

Sebuah kutipan sajak: 
Tahukah engkau betapa indahnya pulang ? Mana yang lebih indah, pulang atau menghilang? Pulanglah, meski hari-harimu kian petang. Burung-burung Nazar pun selalu rindu pulang. Pulanglah, karena setiap insan ingin pulang. Ibu yang melahirkanmu, tak ada yang diinginkannya, selain melihat engkau pulang!


Sabtu, 17 Agustus 2013

17an

Hari ini tepatnya Sabtu 17 Agustus 2013 adalah hari dimana negeri ini merayakan hari kemerdekaannya. 68 tahun yang lalu dimana bapak proklamator kita tepat pada jam 10 pagi tadi telah membacakan proklamasi di pekarangan rumahnya yang sekarang telah menjadi tugu proklamasi. baiklah agak sedikit dramatis. biasanya apa sih yang kegiatan yang di laksanakan dalam perayaan 17an itu ? lomba ? makan kerupuk ? balap karung dsb ? meeen itu mainstream meeen! kalo jadi panitia perayaan 17an ? 

Iya, panita 17an kalo biasa di sebutnya. 4 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2009 adalah tahun terakhir dimana saya dan teman-teman saya aktif menjadi panita 17an, mengkoordinir kegiatan lomba-lomba remaja, lomba-lomba anak kecil, sampai pada acara malam puncak perayaan 17 Agustus di lingkungan RT rumah saya. kenapa bisa menjadi yang terkahir ? karena tahun tahun berikutnya perayaan 17an selalu tepat pada bulan ramadhan, anak-anak kecil yang tidak bisa lagi di sebut sebagai anak kecil, dan anggota kepanitian yang seiring tahun bertambah umur dan mulai sibuk dengan aktivitasnya masing masing, termasuk saya. kangen ? itu sudah jelas. Bagaimana lelahnya dulu belum paham pengordinir semacam kegiatan kemudian kita di tuntut untuk bisa bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing, belum lagi ketika ada rasa senang antara sesama anggota panitia, belum lagi terkadang ada kritikan dari senior mengenai acaranya itu semua di hadapi dalam waktu lebih kurang 1 setengah bulan, sebentar memang, dan semua terasa lega pada saat acara malam puncak berakhir rasa puas dan bangga telah berhasil membuat acara walau hanya sebatas di lingkungan RT saja.

4 tahun udah lewat, ga kerasa juga sih kalo terakhir kali bikin acara itu adalah tahun 2009. Ada rasanya untuk ngebikin acara kaya gitu lagi, sibuk bareng-bareng pada akhirnya bakalan puas bareng-bareng. Gimana dulu setiap ketua panitia itu di siram pake air cucian piring selepas acara malem puncak, termasuk saya sendiri adalah korban siraman air laknat itu, gimana dulu kita latihan drama, paduan suara, dan perkusi untuk mengisi acara puncak, gimana dulu setiap kordinator lomba nyari perlengkapan untuk kebutuhan lomba, gimana dulu kita mesti ketemu pak RT mesti di ceramahin dulu padahal cuma mau minta tanda tangan doang, gimana dulu mesti ngiter kerumah warga ngamen untuk minta sumbangan dana acara malam puncak, iya kangen aja sih untuk bareng-bareng bikin acara semacam itu lagi.

Kangen aja ngebawa nama  remaja akasia buat bikin acara semacam itu lagi.  









Sabtu, 27 Juli 2013

Album Review: Detourn

Baru-baru ini saya membeli CD baru sebagai koleksi untuk di dengar di pemutar musik saya, entri kalo ini pun saya ingin sedikit membahas sebuah CD album tersebut yang baru saja di rilis tahun ini, 2013, yang bagi para Insurgent Army sudah sangat di tunggu perilisisannya. 

Insurgent Army ?

Dengan menyebut nama di atas tadi pasti penyuka musik garage rock ataupun hard rock langsung tau album apa yang ingin saya bahas dan siapakah mereka. yep, Detourn. Full album kedua dari The Super Insurgent Group of Intemperance Talent (THE S.I.G.I.T.) ini baru saja di rilis awal tahun 2013 ini. penantian yang cukup panjang memang kalau di telisik sejak kemunculan album perdana mereka Visible Idea of Perfection pada tahun 2007, album EP pertama mereka Hertz Dyslexia part 1 pada tahun 2009, di lanjutkan dengan album EP kedua mereka Hertz Dyslexia part 2 pada tahun 2011, dan kemudian muncullah Detourn pada awal tahun 2013 ini sebagai full album kedua mereka. 

Pengemasan album kedua mereka ini bagi saya lebih fresh ketimbang 3 album mereka sebelumnya, yang saya rasakan ketika mendengar satu persatu single mereka di album ini adalah konsep lagu yang lebih matang, terbukti di dalam 3 single mereka dari 11 lagu yang mereka kemas di album ini seperti Let The Right One In, Black Summer, dan Cognition. tentunya Rekti dkk masih tetap menyisipkan lagu slow di setiap album mereka, tidak terkecuali di album baru mereka ini pada single Owl and Wolf.

Oh iya, entah kenapa lagu-lagu di album Detourn ini mengingatkan saya kepada Wolfmother dan The Datsuns, ya ? 



Track List:

1. Detourne
2. Let The Right One In
3. Son of Sam
4. Gate of 15th
5. Tired Eyes
6. Owl And Wolf
7. Black Summer
8. Red Summer
9. Ring of Fire
10. Cognition
11. Conundrum





Rabu, 05 Juni 2013

untitled


mungkin ada benarnya bahwa aku hanya orang flat yang tidak bisa berbuat banyak untuk menunjukkan sesuatu ke kamu. aku hanya bisa membuat kamu sedih dan seakan terlihat bodoh di depan kamu, aku memang bodoh. tapi izinkan aku menuliskan sesuatu disini untuk kamu walau hanya sebatas bait lagu yang sesungguhnya mengingatkan aku sama kamu lebih dari lagu-lagu yang pernah aku tunjukkan ke kamu.


Early in the morning I was still in bed

You call me just in time when the sunlight comes

You said “How was your sleep? I didn’t do too well. 

Would you be a friend and take a walk with me?”



My friends they all been telling me that you’re no good
You broke a lot of hearts and you don’t even know
I refuse to believe any of that is true
But I’ll hate it when they’re right and tell me told you so

I don’t want to be a victim of a broken heart
I don’t want to put my self into another mess yeah
I don’t want to be a fool and make a big mistake
I’ve should’ve known better, but it’s allright
Cause I’m in to you.



Please forgive me, Tal. I'm just a stupid boy.