Sabtu, 07 Desember 2013

Kata "lebih" sama saja dengan kata "kurang"

Selang beberapa jam yang lalu saya sedikit berbagi cerita dengan dua orang teman tentang masa lalu saya, masa lalu yang saat ini terdengar lucu tapi terasa manakutkan pada saat itu. Saya pernah menjadi seorang anak nakal, yang tentunya bukan nakal dalam tanda kutip, tapi cukup mengecewakan bagi banyak orang khususnya orang tua saya sendiri. Saya pernah mengalami masa-masa sulit transisi dari seorang anak SMP menjadi anak SMA yang baru mengenal kehidupan remaja yang sebenarnya pada saat itu namun celakanya saya menjadi anak yang out of control, saya menjadi anak yang sulit untuk di atur, angkuh, dan terutama tidak bisa mengontrol emosi. Tidak perlu berpanjang-panjang cerita, saya pernah mengalami dimana saya merasa tidak perlu untuk bersekolah, saya merasa teman-teman saya di sekolah itu berbeda dengan saya, sayapun pernah melawan tiga guru sekaligus dan menganggap mereka bukan guru di sekolah itu, pada saaf itupun saya merasa bangga dengan apa yang saya alami, saya merasa hebat, dan saya menjadi sesosok individu yang anti mainstream di sekolah itu. Saya berbeda, pada saat itu saja.

Apa yang saya rasakan pada saat itu nahasnya saya tidak memikirkan timbal balik yang sedang menunggu waktunya menghampiri saya, saya lupa diri bahwa kata "lebih" sama saja dengan kata "kurang", sama-sama tidak baiknya bila terus-menerus di lakukan, anti mainstream yang saya puja saat itupun akhirnya menghancurkan diri saya sendiri. Empat kali sudah saat itu membuat orang tua saya kecewa, sekali sudah saya di marjinalkan di sekolah tempat saya menempuh pendidikan, tidak berlebihan kalau saat ini saya mengatakan saya gagal saat itu. 

Pada dasarnya apa yang telah saya perbuat dahulu sudah menghancurkan sedikit diri pribadi saya, orang di sekitar sayapun ada yang mengatakan saya anak nakal, bukan dalam tanda kutip, dan pula ada yang mendukung untuk perubaha diri saya. Saat itu saya tidak terlalu berpikir apa yang sudah saya lakukan telah menghancurkan diri saya, saya hanya merasakan kesenangan. Tapi lagi-lagi yang dasarnya individu akan merasa tertekan sudah pasti akan tertekan juga. Pada akhirnya pun saya di hadapkan oleh pilihan, perlahan menjadi baik atau menambah lebih buruk lagi. Tidak perlu merubah cerita kehidupan saya, tapi  saya hanya perlu membuat cerita kehidupan saya sedikit menarik dengan merubah sifat saya yang memuja anti mainstream saat  itu.

Saya tidak akan menceritakan dengan jelas apa yang sebenarnya telah saya perbuat sampai mengatakan saya merasa gagal, mengapa saya bisa sampai di hancurkan, atau bagaimana bisa saya mengecewakan orang tua saya sampai empat kali. Saya hanya akan mengatakan, saya sudah pernah mengalaminya dan saya bertekad untuk berubah. Saya berubah. Ya, saya berubah secara perlahan-lahan dimana awalnya banyak orang mengatakan saya akan sulit untuk berubah. Saya tidak akan mengatakan bagaimana caranya untuk berubah, atau mengapa saya harus berubah. Saya hanya akan berkata untuk saat ini bahwa semuanya adalah fase, fase dimana kehidupan akan membawa setiap individu, namun saya menolak bila di katakan mengikuti arus, saya hanya sekedar menjalankan kehidupan, saya yang membuat cerita dan saya yang akan mengakhiri ceritanya. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar